Diare adalah gangguan pencernaan yang ditandai dengan buang air besar yang lebih sering dan lebih cair dari biasanya. Meskipun sering dianggap sebagai masalah ringan, diare bisa menjadi serius jika tidak ditangani dengan benar. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diwaspadai dan cara pencegahannya.
1. Makanan Tidak Higienis
Konsumsi makanan yang kebersihannya diragukan merupakan salah satu penyebab utama diare. Makanan yang terkontaminasi oleh bakteri, virus, atau parasit dapat menyebabkan gangguan pencernaan. Menurut Kementerian Kesehatan RI, salah satu penyebab umum diare di Indonesia adalah konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi.
2. Stres BerlebihanStres juga dapat mempengaruhi kesehatan pencernaan dan menyebabkan diare. Kondisi psikologis yang buruk dapat memperburuk gejala diare atau bahkan menjadi pemicu utama. Sebuah studi dari Journal of Gastroenterology menyebutkan bahwa stres kronis dapat mempengaruhi fungsi usus dan menyebabkan gangguan pencernaan termasuk diare.
Dampak Stres Terhadap Pola MakanKetika seseorang mengalami pengurangan pendapatan, seperti pemotongan gaji atau pengurangan tunjangan secara sepihak oleh tempat kerja, tingkat stres dapat meningkat. Berikut adalah ilustrasi bagaimana hal ini bisa mempengaruhi kesehatan:
1. Pengurangan PengeluaranPengurangan penghasilan membuat seseorang harus mengurangi pengeluaran, termasuk biaya makan. Misalnya, seseorang yang biasanya memesan makanan melalui aplikasi online mungkin harus beralih ke jajanan pinggir jalan yang lebih murah, tetapi kebersihannya kurang terjamin.
2. Risiko Makanan Tidak HigienisMakanan yang dijual di pinggir jalan sering kali tidak memenuhi standar kebersihan yang memadai. Konsumsi makanan semacam ini dapat meningkatkan risiko terkena diare.
Diare yang disebabkan oleh makanan yang tidak higienis dapat memperburuk stres yang sudah ada. Kondisi kesehatan yang memburuk akan menambah beban psikologis dan fisik, menciptakan lingkaran setan yang sulit diatasi.
Contoh Kasus1. Pengurangan Penghasilan
Makanan yang dijual di pinggir jalan sering kali tidak memenuhi standar kebersihan yang memadai. Konsumsi makanan semacam ini dapat meningkatkan risiko terkena diare. Makanan yang dijual di pinggir jalan sering kali tidak memenuhi standar kebersihan yang memadai. Konsumsi makanan semacam ini dapat meningkatkan risiko terkena diare. Makanan yang dijual di pinggir jalan sering kali tidak memenuhi standar kebersihan yang memadai. Konsumsi makanan semacam ini dapat meningkatkan risiko terkena diare.
2. Perubahan Pola MakanUntuk menghemat biaya, karyawan tersebut beralih dari memesan makanan online ke membeli jajanan di pinggir jalan. Meskipun lebih murah, jajanan ini mungkin kurang higienis.
3. Meningkatnya Risiko DiareKonsumsi jajanan pinggir jalan yang tidak higienis menyebabkan karyawan tersebut terkena diare. Kondisi ini menambah beban fisik dan psikologis karena rasa tidak nyaman dan harus sering bolak-balik ke kamar mandi.
4. Stres TambahanDengan kondisi kesehatan yang memburuk akibat diare, produktivitas kerja menurun, yang pada gilirannya meningkatkan tingkat stres karena takut akan penilaian buruk dari atasan atau rekan kerja.
Faktor Psikologis dan Gangguan PencernaanPenelitian yg dilakukan oleh Ji, Young Kim (2021) meneliti hubungan antara faktor psikologis dan kejadian diare kronis serta konstipasi pada siswa SMA di Korea. Penelitian ini menunjukkan bahwa:
1. Depresi dan KecemasanKedua faktor ini berhubungan signifikan dengan kejadian diare dan konstipasi kronis. Siswa dengan tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi cenderung lebih sering mengalami masalah pencernaan ini.
2. Stres yang DirasakanStres yang tinggi juga memiliki korelasi kuat dengan gangguan pencernaan. Stres dapat mempengaruhi sistem saraf otonom yang kemudian mempengaruhi motilitas dan sekresi usus.
Siswa yang memiliki ide bunuh diri juga ditemukan lebih rentan terhadap diare dan konstipasi kronis, menunjukkan dampak serius dari kondisi psikologis yang buruk terhadap kesehatan fisik.
4. Resiliensi dan KepribadianMeskipun juga berpengaruh, faktor-faktor ini tidak sekuat dampak dari depresi, kecemasan, dan stres yang dirasakan.
Penelitian ini menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam menangani masalah kesehatan pencernaan pada remaja, yang melibatkan aspek fisik dan psikologis.
Hubungan Stres dan Disfungsi UsusBerdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yu-Min Chang dkk (2014) membahas hubungan antara stres dan disfungsi usus. Penelitian ini menunjukkan bahwa stres dapat mempengaruhi fungsi usus melalui beberapa mekanisme biologis dan psikologis:
1. Respons Sistem SarafStres dapat mengaktifkan sistem saraf otonom, terutama melalui sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), yang kemudian mempengaruhi motilitas usus dan sekresi cairan usus. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti diare atau sembelit.
2. Peran Faktor PsikologisFaktor psikologis seperti kecemasan dan depresi seringkali berhubungan erat dengan gangguan usus seperti sindrom iritasi usus besar (IBS). Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan tingkat stres yang tinggi lebih mungkin mengalami gejala IBS.
3. Mikrobiota UsusStres kronis dapat mengubah komposisi mikrobiota usus, yang kemudian dapat mempengaruhi kesehatan usus secara keseluruhan. Perubahan ini dapat memperburuk gejala disfungsi usus dan berkontribusi pada kondisi seperti peradangan usus.
4. Interaksi Otak-UsusTerdapat komunikasi dua arah antara otak dan usus yang dikenal sebagai gut-brain axis. Stres dapat mengganggu komunikasi ini, memperburuk gejala gastrointestinal.
5. Perlunya Manajemen StresMengelola stres melalui teknik relaksasi, terapi perilaku kognitif, dan perubahan gaya hidup dapat membantu mengurangi gejala disfungsi usus.
Cara Mencegah Diare1. Higienitas Makanan
Pastikan untuk selalu mengonsumsi makanan yang higienis. Jika membeli makanan di luar, pilih tempat yang menjaga kebersihan dan memiliki reputasi baik. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan untuk selalu mencuci tangan sebelum makan dan memastikan makanan dimasak dengan benar.
2. Manajemen StresMengelola stres dengan baik dapat membantu menjaga kesehatan secara keseluruhan. Teknik relaksasi seperti meditasi, olahraga, atau hobi dapat membantu mengurangi stres. Menurut American Psychological Association, manajemen stres yang baik dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental.
3. Keseimbangan NutrisiJaga keseimbangan nutrisi dalam makanan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan bergizi dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dan mencegah infeksi.
4. Minum Cukup AirPastikan untuk minum cukup air untuk mencegah dehidrasi, terutama jika mengalami diare. Air putih, oralit, atau minuman isotonik dapat membantu menggantikan cairan yang hilang.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, risiko terkena diare dapat dikurangi, dan kesehatan secara keseluruhan dapat lebih terjaga. Jika diare berlangsung lebih dari beberapa hari atau disertai gejala berat seperti demam tinggi, segera konsultasikan dengan tenaga medis.
Ditulis Oleh : dr. Aminullah Aulia Ikhsan
Update Terakhir : 22 Agustus 2024
Kementerian Kesehatan RI. “Penyebab dan Pencegahan Diare.”
Journal of Gastroenterology. “Impact of Stress on Digestive Health.”
World Health Organization. “Food Safety and Hygiene.”
American Psychological Association. “Stress Management and Health.”
X-MOL (Altmetric). “Psychological factors to predict chronic diarrhea and constipation in Korean high school students.”
Jurnal “Does stress induce bowel dysfunction?”